Senin, 25 Februari 2019

Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia yang hilang Kemanusiaan!!!

Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia, kemanusiaan yang hilang!!!

Manusia dengan kemanusiaannya yang tidak berkemanusiaan seperti manusia!!!
Sebab, manusia membunuh kemanusiaan!!!

Senin, 11 Februari 2019

Anarkisme mendukung kemerdekaan cinta. Tak terbatas seremonial atas basis eksploitasi kapitalistik dalam ruang dominasi patriarkis.

Anarko Feminisme mengacu pada pergerakan perempuan anarkis yang mencakup penegakan prinsip-prinsip Anarkisme dalam gerakannya. Anarcha-feminis modern dibangun di atas ide-ide feminis anarkis sebelumnya, baik laki-laki dan perempuan. Bahkan, anarkisme dan feminisme selalu terkait erat.
Banyak feminis luar biasa juga adalah seorang anarkis. Seperti:  sang pionir Mary Wollstonecraft (penulis dari A Vindication of the Rights of Woman), istri William Godwin, Ibu dari Mary Shelley. Termasuk: Louise Michel, tokoh Komune Paris dan tentunya Anarkis Amerika: Voltairine De Cleyre serta Emma Goldman. Beberapa tulisan terdahulu Emma Goldman:  "Sex Slavery", "Gates of Freedom", "The Case of Woman vs. Orthodoxy", "Those Who Marry Do Ill". Lebih baru:  "The Traffic in Women", "Woman Suffrage", "The Tragedy of Woman's Emancipation", "Marriage and Love" dan "Victims of Morality", Freedom, koran anarkis tertua di dunia, didirikan oleh Charlotte Wilson pada tahun 1886.
Perempuan anarkis seperti Virgilia D'Andrea dan Rose Pesota memainkan peran penting dalam dua gerakan libertarian dan buruh sindikalis. Mujeres Libres" gerakan perempuan selama revolusi Spanyol adalah contoh klasik pengorganisasian anarkis perempuan. Mujeres Libres membela kebebasan dasar perempuan dan menciptakan masyarakat berdasarkan kebebasan serta kesetaraan perempuan. Terkecuali Proudhon, banyak pemikir anarkis laki-laki pun pendukung utama dari gerakan kesetaraan perempuan. Bakunin menentang patriarki dan bagaimana hukum telah memposisikan perempuan di bawah dominasi mutlak laki-laki. Bakunin berpendapat "kesetaraan harus milik laki-laki dan perempuan" agar perempuan dapat "mandiri dan bebas menempa cara hidupnya sendiri." Bakunin bercita-cita untuk mengakhiri konsep "keluarga yuridis otoriter" dan memberikan "kebebasan seksual penuh untuk perempuan".

Anarkisme sejak tahun 1860-an menggabungkan kritik radikal pada kapitalisme dan negara dengan patriarki (pemerintahan laki-laki). Anarkis, terutama perempuan, menyadari bahwa masyarakat modern didominasi oleh laki-laki. Ana Maria Mozzoni (seorang perempuan anarkis imigran Italia di Buenos Aires) mengatakan: "Perempuan akan menemukan bahwa imam yang mengutuknya adalah seorang laki-laki, bahwa aparat hukum yang menindasnya adalah seorang laki-laki, bahwa suami yang menjadikannya obyek adalah seorang laki-laki, bahwa libertarian yang melecehkannya adalah seorang laki-laki, bahwa kapitalis memperkaya diri atas kerja kerasnya dan spekulan yang mengambil keuntungan atas tubuhnya, adalah laki-laki".
Mengutip surat kabar anarkis La Questione Sociale, kerap terjadi bahwa perempuan "Adalah budak baik dalam kehidupan sosial dan pribadinya. Jika Anda adalah seorang proletar, Anda akan memiliki dua tiran: para laki-laki dan bos. Jika anda borjuis, satu-satunya kedaulatan yang tersisa untuk anda adalah kegenitan yang tidak karuan.  Anarkisme, berdasar pada kesadaran bahwa pertempuran melawan patriarki, sama pentingnya dengan perlawanan atas negara juga kapitalisme.

Voltairine de Cleyre pada "The Gates of Freedom" bersabda: Karena "Anda mendapati tiada yang gratis, atau sekadar, atau masyarakat yang setara, atau sesuatu yang mendekati hal tersebut selama kewanitaan dibeli, dijual, dirumahkan, diberi pakaian, makanan, dan dilindungi, layaknya seorang budak".

Sementara Louise Michel pada "The Red Virgin: Memoir of Louise Michel" mengatakan: "Hal pertama harus berubah adalah hubungan antar seks. Kemanusiaan terdiri dua bagian, pria dan wanita, kita seharusnya berjalan beriringan; Bukannya antagonisme, dan itu akan berlangsung selama separuh yang 'kuat' mengatur, atau berpikir mengatur, kepada separuh yang 'lemah'. Sehingga anarkisme, sebagaimana feminisme, melawan patriarki dan memperjuangkan kesetaraan perempuan. Keduanya berbagi sejarah umum dan kepedulian tentang kebebasan individu, kesetaraan dan martabat bagi kaum perempuan. Walau anarko feminis selalu mengkritik agar feminis liberal/arus utama supaya mendorong gerakannya menuju lebih jauh: revolusi sosial.

Senin, 14 Januari 2019

Ketika seorang lelaki memilih perempuannya, sesungguhnya dia sedang menentukan kehidupan bangsa kedepannya".
Saya kira ini adalah sebuah pemikiran yang terlalu masak dan lupa diangkat, sehingga hitam legam sebagai sebab terlalu politis pada wanita. Bisa jadi, hanya pemikiran berkedok pengorganisiran, tapi jatuhnya pada pencitraan. Dan juga bisa jadi pada diskusi-diskusi formal yang tentu saja mendongkrak dagu lebih tinggi. Disamping itu, bagaimana nasib pemikiran mereka mereka yang hanya tumbuh dari warung kopi ke warung kopi? Apakah karena mereka ngopi murah lalu yang dipikirkan mereka adalah sampah?

Kembali lagi ke laptop lelaki dan perempuan, lalu bagaimana dengan soekarno? Soekarno sering kali kita dengar sebagai seorang pengagum wanita. Tapi apakah Soekarno memanfaatkan wanita dalam setiap hal tentang kebangsaan? Bukan bermaksud menyela Marhainis, Soekarno memang mengusung Marhain itu sendiri. Tapi apakah yang disebut Marhain itu adalah soekarno? Kalau memang begitu, kenapa tidak Soekarnoisme saja sebagai ideologinya? Marhainisme itu diambil dari kata dasar Marhain, seorang buruh tani yang pernah soekarno jumpai, lalu menginisiasi kaum atau pengikutnya diberi nama seperti itu. Dari inti filosofisnya, Kaum Marhain ini harus berjuang demi tanahnya sendiri tanpa dikuasai oleh para borjuis masa kini.

Lalu, bagaimana dengan Tan Malaka? Seorang yang sibuk saja berpikir dan bercerita tentang perlawanan. Yang andai saja kita tahu, Tan Malaka sama sekali tidak mengutamakan nafsu dalam memilih perempuannya.

Jadi begitulah, dari segala dominasi kesubjektifitisan pendapat saya, saya dapat memberi solusi tengah bahwa; "Ketika seorang lelaki memilih perempuannya, belum tentu lelaki tersebut memikirkan nasib bangsa kedepannya. Namun, ketika seorang lelaki lebih memilih bangsa dalam pemikirannya, ketika itu pula perempuan selayaknya memikirkan lelaki itu."
Bangsanya saja dipikirkan, apalagi perempuannya. Gombalnya kan begitu..

Selasa, 05 Juni 2018

PERSAHABATAN MENOLAK BUTA POLITIK

PERSAHABATAN MENOLAK BUTA POLITIK

Yang unik dari berbuka puasa bersama teman-teman angkatan, adalah bagaimana cara kita merawat ingatan atas segala masa lalu, reuni ini mungkin hanya bisa dikehendaki dalam bulan suci ramadan bagi pemeluk Islam. Sebagai salah satu bentuk persahabatan, dan kehangatan berwarga negara. Namun semenjak kiblat terbelah menjadi dua poros ditahun 2014. Kehangatan itu  menjadi reuni persoalan kebenaran berdasarkan selera, dan persoalan sentimen. Di 2018 tahun politik ini juga, kehangatan berkeluarga dalam bingkai ramadan terhalang sekat perbedaan orentasi politik. Padahal jauh sebelum institusi bernama negara ini dicetuskan, iklim persahabatan telah lebih dulu tumbuh. Hal ini mungkin didasari oleh kebanyakan dari kita masih buta akan poltik.

Dahulu, filsuf Yunani Aristoteles mengingatkan kita tentang dimensi etis dan politis persahabatan bahwa: persahabatan adalah wahana terbentuknya pandangan etika dan relasi politik. Persahabatan hakiki, bagi Aristoteles bukanlah relasi antara dua orang manusia yang memiliki pandangan kehidupan dan moral yang sama. Sebaliknya, persahabatan seharusnya berfungsi sebagai ranah negosiasi antara pandangan kehidupan yang berbeda. Dalam persahabatan dinamika tersebut melahirkan pandangan baru, bukan pandangan si A atau si B, tapi pandangan keduanya.

Malang, 05 juni 2018

Jumat, 06 April 2018

Puisi Hai, Ma

Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku
tetapi hidup yang tidak hidup
karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
ada malam-malam aku menjalani lorong panjang
tanpa tujuan kemana-mana
hawa dingin masuk kebadanku yang hampa
padahal angin tidak ada
bintang-bintang menjadi kunang-kunang
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan
tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa
Hidup memang fana, Ma
tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada
kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara
dijauhi Ayah Bunda dan ditolak para tetangga
atau aku terlantar di pasar
aku bicara tetapi orang-orang tidak mendengar
mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita
aku marah, aku takut, aku gemetar
namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana,Ma
itu gampang aku terima
tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savana
membuat hidupku tak ada harganya
kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari
mulut berbusa sekadar karena tertawa
hidup cemar oleh basa basi
dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan
yang tanpa persoalan
atau percintaan tanpa asmara
dan sanggama yang tidak selesai

Hidup memang fana tentu saja, Ma
tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola
mengacaukan isi perutku lalu
mendorong aku menjeri-jerit
sambil tak tahu kenapa
rasanya setelah mati berulang kali
Tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini
Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku
Kelenjar-kelenjarku bekerja
sukmaku bernyanyi, dunia hadir
cicak di tembok berbunyi
tukang kebun kedengaran berbicara pada putranya
hidup menjadi nyata, fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-hari
kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi
kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma?
masing-masing pihak punya cita-cita
masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata
Hai Ma!
apakah kamu ingat
aku peluk kamu di atas perahu
ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu
dengan ciuman-ciuman di lehermu?
Masyaallah..aku selalu kesengsem pada bau kulitmu
Ingatkah waktu itu aku berkata
kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna
Hehehe waahh..aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini
dan apabila aku menulis sajak
aku juga merasa bahwa kemaren dan esok
adalah hari ini
Bencana dan keberuntungan sama saja
Langit di luar, langit di badan bersatu dalam jiwa
Sudah ya, Ma…

Jakarta, Juli 1992
KUMPULAN PUISI W.S. RENDRA

Senin, 02 April 2018

KAU HARUS MALUKU UNTUK MENCINTAIKU

Pagi ketika aku bangun, ketika pintu terbuka, jendela terbuka, aku masih tekun merinduimu. Sesederhana ini mengenang senyummu yang begitu sunyi, atau matamu yang begitu cahaya. Seperti mengenang petaka yang datang beriringan membawa luka yang sungguh berduka. Sebisu ini aku bisa menunggu keributan yang begitu cinta. Atas segala yang terbentuk oleh aksara, kau adalah rasa yang tak dikalahkan oleh hujan atau apapun didunia ini. Pemenang dari semua pemilik kata dan puisi, satu dari jutaan anak Tuhan yang begitu ingin aku miliki. Nona, Yogyakarta sungguh tak mengenal sepi. diindahnya rangkaian angkasa berterbangan banyak bunga-bunga api. Orang-orang ramai berterimakasih untuk para leluhur Yunani, tapi aku masih tersudut seorang diri sembari hatiku sembunyi dihalimuli. Kapan-kapan kau harus mengunjungi Maluku;rumahku ! Akan ku perkenalkan pada dewa-dewa Cinta dipuncak salahutu. Pada leluhurku yang begitu manis ketika berucap mantra dari dalam jantung pulau Ibu. Menghirup romantisnya pamali dan kapata dari rumah-rumah tua di Jaizirah Leihitu. Aku akan minta tabea dari para upu yang berdiam di lounussa. Harumnya fuli akan kusembahkan sebagai tanda bahwa cinta adalah leka heka leka. Akan ku buatkan kadera sederhana dari gaba-gaba, agar kelak kita bisa merayakan semua rasa dengan lawamena. Sebab kau harus maluku untuk mencintaiku. Menjadi hihina dengan kebaya milik ibu, menuangkan pahitnya sopi di pesisir lalau yang putu. Mencicipi asinnya ikan julung dan hambarnya rasa sagu. Sebab kau harus maluku untuk mencintaiku, menantang rasi bintang warisan kepercayaan moyangmu. Percaya pada upu langit dan lanit, Dan mulai menghitung dari san sampai hutu. Atau jika itu memberatkanmu, biarlah aku yang tetap maluku. biarlah aku dibuang di sula atau di pulau buru, hilang di pasir panjang tenggara jauh, lalu ditemukan dihutan gane, aru, atau ema. Biarlah aku jadi togutil, jadi geba, jadi bati, bahkan alifuru hingga jadi bunyi dari tahuri dan tifa kayu. Maka akupun harus maluku untuk mencintaimu. Jadi satu dari seribu jiku, menjaga mahale, mauma, manlia, dan lalau sampai kita Maluku. Jadi satu sebagai parang dan salawaku, jadi rindu dari matamu yang penuh kupu-kupu. 

Kamis, 22 Februari 2018

Sajak Pertemuan Mahasiswa


Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan. 

Lalu kini,
ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi
kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan. 

Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami punya maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?” 


Ya !
Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.

Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?” 

Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung sudah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok bagi petani yang sempit tanahnya. 
Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?” 
Kita mahasiswa tidak buta
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan? 
Kita menuntut jawaban...

Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba...
Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang. 

Dan esok hari matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru akan menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke kali menjadi ombak di samodra. 

Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita memihak yang mana ! 

Ws rendra
Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan 

Rabu, 21 Februari 2018

Sosiologi Cinta

Cinta dan kebohongannya.

Cinta hanyalah pelarian, dari otoritas manusia yang tak berani menerima kebenaran bahwa ia bisa hidup sendiri. Tanpa perlu membagi kisah-kisah, kerinduan dan kasih sayang. Situasi ini yang selalu menjadi prahara bagi setiap manusia. Tetapi setelah menukar kesendirian dengan seseorang yang ia cintai. 

Seorang tidak sadar sedang menjadikan cinta sebagai jalan menuju kesia-siaan, bagaimana tidak, peran dari sebuah kebohongan puitik akan dimainkan semacam sebuah perang untuk mencapai revolusi, tetapi akan selalu ada yang terluka bahkan mati untuk menuju jalan itu.

(Ar_Nietzsche)

Jumat, 09 Februari 2018

14 FEBRUARI YANG DILUPAKAN

PETA VS VALENTINE'S DAY


Tanggal 14 Februari merupakan hari yang ditunggu di kalangan pemuda-pemudi di seluruh dunia terkhusus di Indonesia. Pasalnya hari tersebut merupakan hari kasih sayang (valentine). Maraknya perayaan hari "kasih sayang" yang diadopsi dari barat disambut gembira dan dimeriahkan oleh remaja Indonesia.
Tak ketinggalan media jejaring sosial pun dipenuhi status-status berbau Valentine. Mereka begitu sibuk dengan Hari Valentine yang pada dasarnya tak memiliki manfaat dan makna khusus bagi bangsa Indonesia.

Dalam momentum ini khalayak remaja yang beranjak dewasa di Indonesia merayakan hari kasih sayang tersebut dengan bertukar cokelat, kartu ucapan, maupun barang yang lain dengan berbentuk kado sebagai simbolisasi atas rasa sayang terhadap pasanganya.
Momen Valantine juga dijadikan ladang bisnis oleh pihak kapitalisme dengan menjual berbagai produk seperti cokelat, bunga, boneka dan hadiah-hadiah lainnya yang berwarna pink (warna yang identik dengan cinta). Padahal, Valentine's Day bukan budaya asli Indonesia.
Lebih parahnya lagi, tak jarang juga momentum di hari tersebut digunakan untuk berhubungan intim di luar nikah. Seperti yang di lansir oleh merdeka.com (12/02/2016), “Beberapa toko obat dan apotek, penjualan kondom meningkat di seluruh indonesia. Meski belum dipastikan tujuan penggunaan dan kalangan penggunanya, namun yang membeli alat kontrasepsi itu, umumnya anak usia remaja dan kalangan mahasiswa.”
Hal ini menjadi bukti otentik bahwa identiknya hubungan seks dengan perayaan hari kasih sayang.
Memang pada 14 februari selalu banyak mengundang perdebatan, berbagai pendapat dan kepentingan beradu sangat tajam. Antara menjadi sebuah hari sakral atau anti penyakralan terhadap hari tersebut. Sebagian orang memang menggangap bahwa hari tersebut merupakan hari kasih sayang, (valentine), tak jarang pula sebagaian orang yang berusaha menolak konsepsi maupun manifestasi dari hari valentine terebut.
Di tengah adanya pro kontra terkait perihal tersebut ingatkah bahkan  tahukah kita bahwa 72 tahun silam bertepatan dengan tanggal 14 Februari, merupakan hari dimana gerakan pemuda dan sekelompok anak Bangsa yang membuktikan cinta dan pengorbananya lewat perjuangan senjata dan taruhan nyawa, melawan penjajah dengan tujuan menjadikan Indonesia lebih bermartabat. Bukan hanya sekedar rayuan gombal maupun dengan coklat.
Ya itulah tragedi pemberontkan Pembela Tanah Air di Blitar 14 Februari 1945.
Mengingat sejarah kembali pemberontakan PETA
Dalam sejarah indonesia 14 februari di peringati sebgai hari besar untuk mengenang tragedi pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA) yang di pelopori oleh sudancho supriadi. PETA merupakan organisasi semi militer dan militer bentukan jepang pada tanggal 03 Oktober 1943.
Hal ini di lakukan oleh Jepang guna menarik simpatik masyarakat Indonesia dalam upaya membantu bergabung dalam pertempurann Asia pasifik serta menggelorakan masyarakat Indonesia untuk tetap mempertahankan Indonesia dari sekutu. Organisasi ini sangat dimintai oleh masyarakat Indonesia kususnya di kalangan pemuda, akhirnya pelatihan militer pertamnya dilaksanakan di Bogor.
Salah satu dari sekian banyak purnawirawan PETA yang melegenda ialah sosok yang bernama Supriadi. Ia merupakan lulusan pertama sekolah militer yang dilaksanakan di Bogor. Setelah pelatihan tersebut mereka yang tergabung dalam latihan militer di kembalikan ke daerah asalnya untuk bertugas di bawah Deidan (Batalyon) 
Hati nurani mereka (PETA) pun tersayat melihat dan merasakan tatkala rakyat di perlakukan tidak manusiawi, seperti halnya tenaga rakyat di peras, harta benda di kuras. Sedangkan perempuan di lecehkan dan diperlakukan sewenang oleh tentara Jepang.
Selain daripada itu ada sebuah peraturan yang mengahruskan perwira PETA harus patuh dan hormat pada tentara Jepang mekipun lebih rendah pangkatnya. dalam tulisan Joyce J Lebra yang di  terjemahkan oleh sinar harapan tahun 1988, mengatakan bahwa melihat kondisi tersebut Supriadi mempunyai inisiasi untuk melakukan pemberontakan bahkan sekaligus revolusi melawan penindasan Jepang yang di laksankanya pertemuan rahasia pada september 1944.
Para pemberontak pun menghubungi komandan Batalyon setiap wilayah untuk bersama sama mengangkat senjata dan menggalang kekuatan rakyat guna melawan Jepang. Akan tetapi di sela-sela mematangkan persiapan pemberontakan, adanya pertemuan tersebut akhirnya  tercium oleh Polisi rahasia Jepang.
Mengetahui hal tersebut Supriyadi merasa cemas dan khwatir, akhirnya pada tanggal 13 Februari 1945 pemberontakan harus di lakukan, akibat ketidak matangan perihal persiapan akhirnya ada sebagian PETA blitar yang tidak memberontak. Dari pada itu pun Supriadi mengatakan meskipun semua PETA tidak memberontak, maka jangnalah menyakiti sesama PETA, kita harus melawan Jepang.
Akhirnya pada pukul 03.00 wib tanggal 14 Februari tentara peta yang di pimpin supriyadi menembakan mortir di hotel Sakura ( kediaman Perwira Jepang). Namun rupanya hotel tersebut sudah di kosongkan, karena jepang sudah mencium gerak dari pemberontakan PETA. Dalam salah satu aksi, salah seorang Bhudancho (Bintara PETA) merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka”, dan menggantinya dengan “Indonesia Sudah Merdeka!”
Dengan waktu singkat Jepang mengirimkan tentara untuk memadamkan pemberontakan, alhasil 78 Perwira dan prajurit PETA ditangkap, kemudian di jebloskan ke penjara serta diadili di Jakarta. Dalam peristiwa itu, 6 orang di hukum mati, 6 orang di vonis penjara seumur hidup, dan sisanya di hukum sesuai tinggkat kesalahannya.
Namun apa yang terjadi pada pemimpin pemberontak yang bernama Supriyadi tidak jelas di mana keberadaanya, seakaan hilang di telan pekatnya malam. Sebagian mengatakan Supriadi telah terbunuh kita pertempuran tersebut.
Tragedi ini menginspirasi PETA di berabagai wilayah di Indonesia, hal ini di pertegas oleh sejarawan Patrick Matanasi yang mengatakan pemberontakan tersebut juga terjadi di Cilacap dan Bandung. Setelah kemerdekaan Supriadi diangkat menjadi menteri keamanan yang pertama oleh presiden Soekarno, akan tetapi dia tidak pernah muncul sama sekali di bumi Indonesia.
Atas jasanya sebagai pelopor kemerdekaan, Supriadi dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, terbukti dengan Surat Keputusan Presiden nomer 063/TK/1975 pada bulan 9 agustus 1975. Lihat (tokohindonesia.com)
14 Februari Cinta dan Pengorbanan yang Dilupakan
Bung Karno selalu mengatakan semboyan Jasmerah; jangan sekali-kali melupakan sejarah, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai sejarahnya. Jika tidak, maka kita akan terus menjadi bangsa yang kecil dan tidak dilirik orang.
Sepertinya Jasmerah telah luntur begitu saja. Padahal, jika kita mengenang sejarah Indonesia, sangat tidak mudah kemerdekaan negeri ini diraih. Dengan cinta dan pengorbanan para pahlawan yang tak mengenal balas jasa. Mereka mengorbankan apa saja, bahkan tak segan bertarung nyawa demi kemerdekaan Indonesia.
Selama ini apa yang menjadi realitas di kalangan pemuda di Republik disibukkan dan berkosentrasi pada seputar 14 februari yang disebut dengan Valentine day, daripada menguras pikiran dan kosentrasinya untuk membangun bangsa yang lebih bermartabat.
Tragedi PETA, sepatutnya sebagai generasi muda bangsa Indonesia untuk memperingati dan merefleksikan semangat semangat pahlawan, bukan melainkan kita merayakan hari yang di mana bukan berasal dari budaya dan akar sejarah Indonesia.
Siapakah yang Harus Disalahkan?
Seyogianya patut direnungkankan, apakah semua hal di atas merupakan murni kesalahan generasi Bangsa? Bagaimana peran media yang seharusnya menjadi kunci utama untuk mengenalkan hari sejarah kebangsaan kepada msyarakat? Menurut yang saya ketahui bahwa media elektronik maupun media massa sering kali memberitakan seputar perayaan Valentine Day secara besar besaran dari pada perayaan memeperingati hari PETA.
Selain itu juga pendidikan juga memiliki kontribusi penting dalam meberikan pengetahuan. Baik dalam formal maupun non formal. Secara formal lewat lembaga pendidikan (SD,SMP, SMA, dan PT), dan adpun secara nonformal lewat didikan keluarga untuk menanamkan nasionalisme dan menghargai jasa pahlawan sejak dini.

Berbagai usaha harus dilakukan dalam mengatasi problem seperti ini, tanpa adanya upaya kerja sama semua pihak, maka mustahil untuk menghilangkan perayaan Valentine Day yang sudah membudaya di kalangan remaja Indonesia untuk digantikan perayaan hari PETA

Selasa, 06 Februari 2018

Manusia terlahir ke dunia dibungkus rasa percaya.  Tak ada yang lebih tau kita ketimbang plasenta.  Tak ada rumah yang lebih nyaman dibandingkan rahim ibu.  Namun,  didetik pertama kita meluncur keluar,  perjudian hidup dimulai.  Taruhanmu adalah rasa percaya yang kau lempari satu persatu demi sesuatu bernama cinta.  Aku penjudi yang buruk.  Aku tak tahu kapan harus berhenti dan menahan diri.  Ketika cinta bersinar gemilang menyilaukan mata,  kalangkabut aku serahkan semua yang kumilikk.  Kepingin rasa percaya bertaburan diatas meja taruhanku.  Dan aku tak pernah membawa pulang apa-apa.  

Pertemuan dua insan bagaikan pertemuan dua unsur kimia.  Bila sebuah reaksi terjadi, maka kedua unsur tadi akan bertranformasi, menjadi sesuatu yang tak diduga sebelumnya.  (Dan itulah kita). 

Di ufuk engkau terbenam, aku terbit. Di teluk engkau tenggelam, aku pasang.  Sejauh apapun garis waktu engkau tempuh. Hadirku selalu dibalik matamu. Seluas apapun ruang yang engkau rengkuh. Cintaku selalu diluar sadarmu.

Tual,  07 Februari 2018

Jumat, 08 Desember 2017

DIMANA PARA PEMUDA?

Mari maknai pesan Founding Father kita!!
Dalam pidatonya sang proklamator dengan lantang mengatakan"1000 orang tua hanya dapat bermimpi, 1 pemuda dapat mengubah dunia". Begitupun dengan konseptor bangsa TAN MALAKA atau yang biasa dijuluki BAPAK REPUBLIK dalam bukunya menegaskan bahwa" idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh para pemuda". Jika kita maknai pernyataan diatas, jelas bangsa ini diwariskan dan dipercayakan kepada pemuda.

Apa alasan mengapa Presiden pertama itu sangat percaya kepada pemuda? Tentu dia melihat pemuda dalam kaca mata sejarah. Api perjuangan pertama kali dinyalakan oleh pemuda pada tahun 1908 yang diprakarsai oleh organisasi BUDI OETOMO dan pada waktu itu gerakan mereka menjadi tonggak menentang kolonialisme belanda. Lalu pada tahun 1928 pemuda berkumpul menyatukan gagasan kemudian mereka mengucapkan dalam satu sumpah, sumpah pemuda melahirkan keputusan tentang: AKAN LAHIRNYA TANAH INDONESIA, BANGSA INDONESIA DAN BAHASA INDONESIA. 
Tidak sampai disini!! Pemuda terus menyalakan api perjuangan sampai pada tahun 1945 dimana golongan muda kembali menunjukan eksistensinya dengan menesak golongan tua agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan indonesia. Dan pada masa revolusi tahun 1966 pemuda kembali terlibat dalam melengserkan sang proklamator, ini yang menyebabkan BUNG KARNO sangat segan dan juga kagum kepada pemuda karena pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan persoalan bersama. Setiap generasi bangsa mempunyai cerita tersendiri untuk berkontribusi pada bangsanya. Jika golongan muda era SOEKARNO mendesak supaya diproklamasikan kemerdekaan indonesia. Maka saatnya pemuda sekarang inilah yang menggoreskan ceritanya untuk membangun indonesia. Tentu kita tidak tega jika tinta goresan kita tak semanis goresan tinta pemuda terdahulu. Mari tanamkan nasionalisme sejak muda karna kan hancurlah suatu negara jika nasionalisme pemudanya tidak ada. Mari berbuat untuk bangsa, ambil peran masing-masing baik itu dibidang sosial, pendidikan, politik, kemanusiaan, karena bangsa yang besar tidak bisa dikerjakan seorang diri.


AR NIETZSCHE
KOTA TUAL, 5 NOVEMBER 2017

Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanusiaan Manusia yang hilang Kemanusiaan!!! Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanus...