Ketika seorang lelaki memilih perempuannya, sesungguhnya dia sedang menentukan kehidupan bangsa kedepannya".
Saya kira ini adalah sebuah pemikiran yang terlalu masak dan lupa diangkat, sehingga hitam legam sebagai sebab terlalu politis pada wanita. Bisa jadi, hanya pemikiran berkedok pengorganisiran, tapi jatuhnya pada pencitraan. Dan juga bisa jadi pada diskusi-diskusi formal yang tentu saja mendongkrak dagu lebih tinggi. Disamping itu, bagaimana nasib pemikiran mereka mereka yang hanya tumbuh dari warung kopi ke warung kopi? Apakah karena mereka ngopi murah lalu yang dipikirkan mereka adalah sampah?
Kembali lagi ke laptop lelaki dan perempuan, lalu bagaimana dengan soekarno? Soekarno sering kali kita dengar sebagai seorang pengagum wanita. Tapi apakah Soekarno memanfaatkan wanita dalam setiap hal tentang kebangsaan? Bukan bermaksud menyela Marhainis, Soekarno memang mengusung Marhain itu sendiri. Tapi apakah yang disebut Marhain itu adalah soekarno? Kalau memang begitu, kenapa tidak Soekarnoisme saja sebagai ideologinya? Marhainisme itu diambil dari kata dasar Marhain, seorang buruh tani yang pernah soekarno jumpai, lalu menginisiasi kaum atau pengikutnya diberi nama seperti itu. Dari inti filosofisnya, Kaum Marhain ini harus berjuang demi tanahnya sendiri tanpa dikuasai oleh para borjuis masa kini.
Lalu, bagaimana dengan Tan Malaka? Seorang yang sibuk saja berpikir dan bercerita tentang perlawanan. Yang andai saja kita tahu, Tan Malaka sama sekali tidak mengutamakan nafsu dalam memilih perempuannya.
Jadi begitulah, dari segala dominasi kesubjektifitisan pendapat saya, saya dapat memberi solusi tengah bahwa; "Ketika seorang lelaki memilih perempuannya, belum tentu lelaki tersebut memikirkan nasib bangsa kedepannya. Namun, ketika seorang lelaki lebih memilih bangsa dalam pemikirannya, ketika itu pula perempuan selayaknya memikirkan lelaki itu."
Bangsanya saja dipikirkan, apalagi perempuannya. Gombalnya kan begitu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.