Senin, 25 Februari 2019

Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia yang hilang Kemanusiaan!!!

Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia
Kemanusiaan
Manusia, kemanusiaan yang hilang!!!

Manusia dengan kemanusiaannya yang tidak berkemanusiaan seperti manusia!!!
Sebab, manusia membunuh kemanusiaan!!!

Senin, 11 Februari 2019

Anarkisme mendukung kemerdekaan cinta. Tak terbatas seremonial atas basis eksploitasi kapitalistik dalam ruang dominasi patriarkis.

Anarko Feminisme mengacu pada pergerakan perempuan anarkis yang mencakup penegakan prinsip-prinsip Anarkisme dalam gerakannya. Anarcha-feminis modern dibangun di atas ide-ide feminis anarkis sebelumnya, baik laki-laki dan perempuan. Bahkan, anarkisme dan feminisme selalu terkait erat.
Banyak feminis luar biasa juga adalah seorang anarkis. Seperti:  sang pionir Mary Wollstonecraft (penulis dari A Vindication of the Rights of Woman), istri William Godwin, Ibu dari Mary Shelley. Termasuk: Louise Michel, tokoh Komune Paris dan tentunya Anarkis Amerika: Voltairine De Cleyre serta Emma Goldman. Beberapa tulisan terdahulu Emma Goldman:  "Sex Slavery", "Gates of Freedom", "The Case of Woman vs. Orthodoxy", "Those Who Marry Do Ill". Lebih baru:  "The Traffic in Women", "Woman Suffrage", "The Tragedy of Woman's Emancipation", "Marriage and Love" dan "Victims of Morality", Freedom, koran anarkis tertua di dunia, didirikan oleh Charlotte Wilson pada tahun 1886.
Perempuan anarkis seperti Virgilia D'Andrea dan Rose Pesota memainkan peran penting dalam dua gerakan libertarian dan buruh sindikalis. Mujeres Libres" gerakan perempuan selama revolusi Spanyol adalah contoh klasik pengorganisasian anarkis perempuan. Mujeres Libres membela kebebasan dasar perempuan dan menciptakan masyarakat berdasarkan kebebasan serta kesetaraan perempuan. Terkecuali Proudhon, banyak pemikir anarkis laki-laki pun pendukung utama dari gerakan kesetaraan perempuan. Bakunin menentang patriarki dan bagaimana hukum telah memposisikan perempuan di bawah dominasi mutlak laki-laki. Bakunin berpendapat "kesetaraan harus milik laki-laki dan perempuan" agar perempuan dapat "mandiri dan bebas menempa cara hidupnya sendiri." Bakunin bercita-cita untuk mengakhiri konsep "keluarga yuridis otoriter" dan memberikan "kebebasan seksual penuh untuk perempuan".

Anarkisme sejak tahun 1860-an menggabungkan kritik radikal pada kapitalisme dan negara dengan patriarki (pemerintahan laki-laki). Anarkis, terutama perempuan, menyadari bahwa masyarakat modern didominasi oleh laki-laki. Ana Maria Mozzoni (seorang perempuan anarkis imigran Italia di Buenos Aires) mengatakan: "Perempuan akan menemukan bahwa imam yang mengutuknya adalah seorang laki-laki, bahwa aparat hukum yang menindasnya adalah seorang laki-laki, bahwa suami yang menjadikannya obyek adalah seorang laki-laki, bahwa libertarian yang melecehkannya adalah seorang laki-laki, bahwa kapitalis memperkaya diri atas kerja kerasnya dan spekulan yang mengambil keuntungan atas tubuhnya, adalah laki-laki".
Mengutip surat kabar anarkis La Questione Sociale, kerap terjadi bahwa perempuan "Adalah budak baik dalam kehidupan sosial dan pribadinya. Jika Anda adalah seorang proletar, Anda akan memiliki dua tiran: para laki-laki dan bos. Jika anda borjuis, satu-satunya kedaulatan yang tersisa untuk anda adalah kegenitan yang tidak karuan.  Anarkisme, berdasar pada kesadaran bahwa pertempuran melawan patriarki, sama pentingnya dengan perlawanan atas negara juga kapitalisme.

Voltairine de Cleyre pada "The Gates of Freedom" bersabda: Karena "Anda mendapati tiada yang gratis, atau sekadar, atau masyarakat yang setara, atau sesuatu yang mendekati hal tersebut selama kewanitaan dibeli, dijual, dirumahkan, diberi pakaian, makanan, dan dilindungi, layaknya seorang budak".

Sementara Louise Michel pada "The Red Virgin: Memoir of Louise Michel" mengatakan: "Hal pertama harus berubah adalah hubungan antar seks. Kemanusiaan terdiri dua bagian, pria dan wanita, kita seharusnya berjalan beriringan; Bukannya antagonisme, dan itu akan berlangsung selama separuh yang 'kuat' mengatur, atau berpikir mengatur, kepada separuh yang 'lemah'. Sehingga anarkisme, sebagaimana feminisme, melawan patriarki dan memperjuangkan kesetaraan perempuan. Keduanya berbagi sejarah umum dan kepedulian tentang kebebasan individu, kesetaraan dan martabat bagi kaum perempuan. Walau anarko feminis selalu mengkritik agar feminis liberal/arus utama supaya mendorong gerakannya menuju lebih jauh: revolusi sosial.

Senin, 14 Januari 2019

Ketika seorang lelaki memilih perempuannya, sesungguhnya dia sedang menentukan kehidupan bangsa kedepannya".
Saya kira ini adalah sebuah pemikiran yang terlalu masak dan lupa diangkat, sehingga hitam legam sebagai sebab terlalu politis pada wanita. Bisa jadi, hanya pemikiran berkedok pengorganisiran, tapi jatuhnya pada pencitraan. Dan juga bisa jadi pada diskusi-diskusi formal yang tentu saja mendongkrak dagu lebih tinggi. Disamping itu, bagaimana nasib pemikiran mereka mereka yang hanya tumbuh dari warung kopi ke warung kopi? Apakah karena mereka ngopi murah lalu yang dipikirkan mereka adalah sampah?

Kembali lagi ke laptop lelaki dan perempuan, lalu bagaimana dengan soekarno? Soekarno sering kali kita dengar sebagai seorang pengagum wanita. Tapi apakah Soekarno memanfaatkan wanita dalam setiap hal tentang kebangsaan? Bukan bermaksud menyela Marhainis, Soekarno memang mengusung Marhain itu sendiri. Tapi apakah yang disebut Marhain itu adalah soekarno? Kalau memang begitu, kenapa tidak Soekarnoisme saja sebagai ideologinya? Marhainisme itu diambil dari kata dasar Marhain, seorang buruh tani yang pernah soekarno jumpai, lalu menginisiasi kaum atau pengikutnya diberi nama seperti itu. Dari inti filosofisnya, Kaum Marhain ini harus berjuang demi tanahnya sendiri tanpa dikuasai oleh para borjuis masa kini.

Lalu, bagaimana dengan Tan Malaka? Seorang yang sibuk saja berpikir dan bercerita tentang perlawanan. Yang andai saja kita tahu, Tan Malaka sama sekali tidak mengutamakan nafsu dalam memilih perempuannya.

Jadi begitulah, dari segala dominasi kesubjektifitisan pendapat saya, saya dapat memberi solusi tengah bahwa; "Ketika seorang lelaki memilih perempuannya, belum tentu lelaki tersebut memikirkan nasib bangsa kedepannya. Namun, ketika seorang lelaki lebih memilih bangsa dalam pemikirannya, ketika itu pula perempuan selayaknya memikirkan lelaki itu."
Bangsanya saja dipikirkan, apalagi perempuannya. Gombalnya kan begitu..

Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanusiaan Manusia yang hilang Kemanusiaan!!! Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanus...