Saat ini semuanya dinilai dari segi kematerialistikkannya. Senjapun begitu.
Jika senja tak menampakkan jingganya dia bukan senja. Jika senja tak akan ada guratan merahnya bukan senja. Senja harus ada pada waktu menjelang magrib, ketika dia hadir bukan pada waktu itu bukan senja namanya.
Bagiku senja bukan hanya guratan jingga dengan percikan merah berserta warna lainnya.
Bagiku senja lebih kepada antara ada dan tiada, jeda waktu antara pecinta dan yang dicinta untuk bersetubuh, ruang untuk memupuk rindu, waktu yang tepat untuk proses menujuMu.
Senja tak terikat oleh ruang dan waktu, senjaku datang ketika aku mencoba menghadirkannya dalam kalbu.
Senjaku dan senjamu mungkin berbeda, tapi aku berharap semoga kita dipertemukan dalam senja yang sama. Mungkin bukan pada tempat yang sama, tapi lebih kepada perasaan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.