Jumat, 06 April 2018

Puisi Hai, Ma

Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku
tetapi hidup yang tidak hidup
karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
ada malam-malam aku menjalani lorong panjang
tanpa tujuan kemana-mana
hawa dingin masuk kebadanku yang hampa
padahal angin tidak ada
bintang-bintang menjadi kunang-kunang
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan
tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa
Hidup memang fana, Ma
tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada
kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara
dijauhi Ayah Bunda dan ditolak para tetangga
atau aku terlantar di pasar
aku bicara tetapi orang-orang tidak mendengar
mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita
aku marah, aku takut, aku gemetar
namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana,Ma
itu gampang aku terima
tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savana
membuat hidupku tak ada harganya
kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari
mulut berbusa sekadar karena tertawa
hidup cemar oleh basa basi
dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan
yang tanpa persoalan
atau percintaan tanpa asmara
dan sanggama yang tidak selesai

Hidup memang fana tentu saja, Ma
tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola
mengacaukan isi perutku lalu
mendorong aku menjeri-jerit
sambil tak tahu kenapa
rasanya setelah mati berulang kali
Tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini
Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku
Kelenjar-kelenjarku bekerja
sukmaku bernyanyi, dunia hadir
cicak di tembok berbunyi
tukang kebun kedengaran berbicara pada putranya
hidup menjadi nyata, fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-hari
kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi
kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma?
masing-masing pihak punya cita-cita
masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata
Hai Ma!
apakah kamu ingat
aku peluk kamu di atas perahu
ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu
dengan ciuman-ciuman di lehermu?
Masyaallah..aku selalu kesengsem pada bau kulitmu
Ingatkah waktu itu aku berkata
kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna
Hehehe waahh..aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini
dan apabila aku menulis sajak
aku juga merasa bahwa kemaren dan esok
adalah hari ini
Bencana dan keberuntungan sama saja
Langit di luar, langit di badan bersatu dalam jiwa
Sudah ya, Ma…

Jakarta, Juli 1992
KUMPULAN PUISI W.S. RENDRA

Senin, 02 April 2018

KAU HARUS MALUKU UNTUK MENCINTAIKU

Pagi ketika aku bangun, ketika pintu terbuka, jendela terbuka, aku masih tekun merinduimu. Sesederhana ini mengenang senyummu yang begitu sunyi, atau matamu yang begitu cahaya. Seperti mengenang petaka yang datang beriringan membawa luka yang sungguh berduka. Sebisu ini aku bisa menunggu keributan yang begitu cinta. Atas segala yang terbentuk oleh aksara, kau adalah rasa yang tak dikalahkan oleh hujan atau apapun didunia ini. Pemenang dari semua pemilik kata dan puisi, satu dari jutaan anak Tuhan yang begitu ingin aku miliki. Nona, Yogyakarta sungguh tak mengenal sepi. diindahnya rangkaian angkasa berterbangan banyak bunga-bunga api. Orang-orang ramai berterimakasih untuk para leluhur Yunani, tapi aku masih tersudut seorang diri sembari hatiku sembunyi dihalimuli. Kapan-kapan kau harus mengunjungi Maluku;rumahku ! Akan ku perkenalkan pada dewa-dewa Cinta dipuncak salahutu. Pada leluhurku yang begitu manis ketika berucap mantra dari dalam jantung pulau Ibu. Menghirup romantisnya pamali dan kapata dari rumah-rumah tua di Jaizirah Leihitu. Aku akan minta tabea dari para upu yang berdiam di lounussa. Harumnya fuli akan kusembahkan sebagai tanda bahwa cinta adalah leka heka leka. Akan ku buatkan kadera sederhana dari gaba-gaba, agar kelak kita bisa merayakan semua rasa dengan lawamena. Sebab kau harus maluku untuk mencintaiku. Menjadi hihina dengan kebaya milik ibu, menuangkan pahitnya sopi di pesisir lalau yang putu. Mencicipi asinnya ikan julung dan hambarnya rasa sagu. Sebab kau harus maluku untuk mencintaiku, menantang rasi bintang warisan kepercayaan moyangmu. Percaya pada upu langit dan lanit, Dan mulai menghitung dari san sampai hutu. Atau jika itu memberatkanmu, biarlah aku yang tetap maluku. biarlah aku dibuang di sula atau di pulau buru, hilang di pasir panjang tenggara jauh, lalu ditemukan dihutan gane, aru, atau ema. Biarlah aku jadi togutil, jadi geba, jadi bati, bahkan alifuru hingga jadi bunyi dari tahuri dan tifa kayu. Maka akupun harus maluku untuk mencintaimu. Jadi satu dari seribu jiku, menjaga mahale, mauma, manlia, dan lalau sampai kita Maluku. Jadi satu sebagai parang dan salawaku, jadi rindu dari matamu yang penuh kupu-kupu. 

Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanusiaan Manusia yang hilang Kemanusiaan!!! Manusia Kemanusiaan Manusia Kemanus...